Sejarah Desa Bendo diawali pada masa berakhirnya Perang
Diponegoro. Menurut keterangan para tetua Desa dan tokoh Mataram meninggalkan
kerajaan karena ingin menyelamatkan rakyatnya yang tertindas oleh penjajah
Belanda pada pelaksanaan politik “TANAM PAKSA” (Culture Stelzel) th 1830-1870. Salah
satu tokoh dari Mataram yang pertama-tama babad tanah Bendo adalah Mbah Djoyo
Brantidan masyarakat Bendo menyebutnya mbah Jobranti. Setelah beberapa tahun
meninggal , mbah Jobranti mempunyai anak. Dari keturunan berikutnya beranak
cucu lahirlah seorang bernama Ranu Dihardjo. Perkawinan Ranu Dihardjo
menurunkan lima anak yaitu:
- Ibu Rukaning
- Ibu Kato Winoto
- Bapak Kuslan
- Istri Mbah Sudjak
- Ibu Endang Gozali
Asal-usul nama Bendo berhubungan
dengan nama pohon Bendo dimana tanaman tersebut berada dibelakang rumah Bapak
Ranu Dihardjo.
Semenjak berdirinya Desa Bendo hingga
saat ini, mata pencaharian mayoritas warga adalah bercocok tanam seperti padi,
jagung, tebu, cabai, ketela pohon, dan sebagainya. Ada pula yang memiliki mata
pencaharian sebagai pedagang, birokrat, pengrajin serta usaha wiraswasta
lainya.
Kepala
Pemerintahan Desa Bendo sejak awal berdirinya hingga sekarang antara lain
sebagai berikut:
- SARDJONO ( periode tahun 19… s/d 19… )
- DIRDJO ASMORO ( periode tahun 19… s/d 1955 )
- ROSANI ( periode tahun 1955 s/d 1965 )
- MARSIM NITIHARDJO ( periode tahun 1965 s/d 1981 )
- M SYUKRON ( periode tahun 1981 s/d 1999 )
- MT KUSNADI ( periode tahun 1999 s/d 2007 )
- M ALI MOKHSON ( periode tahun 2007 s/d 2020 )
Desa Bendo
dari tahun ke tahun mengalami banyak perubahan dan kemajuan yang terjadi secara
berkesinambungan dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Tujuan utama adalah
untuk peningkatan kualitas pembangunan memberikan fasilitas yang memadai bagi
kepentingan masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar